DENPASAR, – Gubernur NTB, Dr. H.Zulkieflimansyah, bersama istri, Hj. Niken Saptarini Widyawati, dan didampingi oleh sejumlah pejabat Pemprov mengadakan kunjungan kerja silaturrahmi dengan FKUB dan Pemerintah Provinsi Bali, Sabtu (19/12).
Tiba di Puri Agung Denbecingah Klungkung Bali, Gubernur disambut oleh Ketua Majelis Utama Desa Pakraman yang juga ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Pengelingsir Agung Putra Sukahet bersama Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali.
Puri Denbencingah menurut Pendiri Yayasan Waturenggong (Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, red) merupakan bagian dari pewaris Kerajaan puri Agung Dalem Gelgel Klungkung Bali yang secara historis menjadi tonggak perwujudan kerukunan ummat beragama di Bali.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, perwakilan MUI, PHDI, Majelis Umat kristen, Budha, konghucu dan Majelis adat Desa pekraman Provinsi Bali, serta sejumlah pejabat Pemprov NTB.
Dalam sambutannya, Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah mengungkapkan rasa bangga dan terima kasihnya kepada Ketua Majelis Utama Desa Adat Pekraman serta seluruh Pemimpin Agama-Agama Besar yang ada di Bali, karena telah menyambutnya dengan penuh kehangatan dan semangat persaudaraan yang luar biasa.
Dr. Zul mengungkapakan, selain bersilaturrahmi, tujuan kunjungannya itu karena rasa tertarik untuk belajar dan mereplikasi kondisi kerukunan, persaudaraan dan semangat kekeluargaan antar masyarakat dan ummat beragama yang terjalin harmonis dan sejuk di Bali. Pada kesempatan itu, Gubernur juga menyampaikan bahwa di tahun 2021 mendatang, NTB akan menjadi tuan rumah banyak event bertaraf internasional.
“Kalau tidak ada aral melintang, tahun depan di NTB akan ada banyak event internasional. Pada Bulan Oktober, ada event MotoGP, yang penontonnya diperkirakan akan ada 160-200 ribu orang,” ungkap Dr.Zul.
Jika hal itu tidak disiapkan dan dikelola dengan baik, mulai dari SDM, infrastruktur hingga pelibatan seluruh unsur, dikhawatirkan akan menimbulkan ‘Conflick intention’. Untuk itu, pihaknya ingin belajar banyak dari FKUB Bali, tentang bagaimana mengharmoniskan, mendinamiskan, dalam pelibatan semua unsur yang ada sehingga kerukunan tetap terjaga dengan baik.
“Terlebih FKUB Bali memiliki banyak pengalaman terkait hal ini,” katanya.
Dihadapan Gunernur, Ketua Asosiasi FKUB Indonesia Ida Penglingsir, memuji sifat kepemimpinan Dr. Zul yang dianggapnya sederhana. Ia juga menilai bahwa Gubernur NTB adalah sosok pakar yang memiliki ilmu dan pandangan filsafat yang sangat luas dan dalam.
“Saya sering mengikuti kegiatan dan menyimak pidato Gubernur NTB baik secara langsung maupun menyimak melalui Media,” ujarnya.
Ida Penglingsir juga mengaku bangga terhadap kemajuan NTB dibawah pemerintahan Dr. Zul dan Umi Rohmi. Kata dia, NTB saat ini mengalami kamajuan yang sangat cepat, dan bahkan dengan kemajuan NTB tidak sedikit pihak atau daerah lain yang merasa disalip oleh NTB.
Sementara terkait dengan resep kerukunan beragama di Bali, Ketua FKUB ini menjelaskan bahwa dari sisi keanggotaan FKUB di Bali sedikit berbeda dengan FKUB yang ada di Provinsi lainnya. Keanggotaan di FKUB Bali sendiri terdiri dari semua Majelis Agama yang ada termasuk Majelis Adat Desa Pekraman.
Kata dia, di Bali terdapat lebih dari 1963 lembaga desa adat pekraman yang menaungi dan membina unsur-unsur desa yang ada, antara lain, pecalang, pemuda, pelestarian, pengembangan budaya dan kearifan lokal serta unsur lainnya. Dan Unsur-unsur itu selalu dilibatkan untuk ikut mensukseskan event-event international yang berlangsung di Bali.
“Jadi, FKUB memiliki perang penting dalam mewujudkan kesuksesan pembangunan dan keharmonisan masyarakat, tanpa melihat religi atau latarbelakang agamanya,” paparnya.
Konsep kearifan lokal yang dijadikan landasan, kata Ida Penglingsir adalah Konsep MENYAMABRAYA, yakni memandang semua umat agama atau masyarakat sebagai saudara atau keluarga yang harus dihargai, dilindungi dan dilibatkan dalam pembangunan dan sosial kemasyarakatan tanpa melihat latar belakang agamanya.
Lebih jauh Ida Penglingsir mengungkapkan, bahwa prinsip hidup bersama adalah anugerah, sehingga merawat kerukunan adalah keniscayaan. Untuk itu, semua hal dan ungkapan yang baik tentang kerukunan harus terus menerus digaungkan, dibicarakan dan dibudayakan secara masif ditengah kehidupan masyarakat. (rls/Ac)
868