Jakarta, – Selain 10 provinsi yang dinilai berhasil menekan angka Covid-19 melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro dalam tiga tahapan. Pemerintah Pusat kembali memperpanjang PPKM Mikro tahap IV yang dimulai 23 Maret hingga 5 April 2021 mendatang.
Selain itu PPKM Mikro akan diperluas dengan menambah lima Provinsi diluar Pulau Jawa dan Bali. Diantaranya, Provinsi NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara dan Provinsi NTT.
Sebelumnya, pemerintah telah menerapkan PPKM dalam tiga tahapan. Tahap pertama dimulai sejak 9 – 22 Februari 2021, tahap kedua dimulai pada tanggal 22 Februari hingga 8 Maret dan tahap ketiga dimulai tanggal 9 sampai 22 Maret 2021. Di tiga tahapan itu meliputi 10 provinsi yang menerapkan PPKM yaitu, Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Provinsi DIY, Provinsi Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Sulewesi Selatan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) RI, Dr. Ir. H. Airlangga Hartarto mengungkapkan, parameter penetapan daerah yang menerapkan PPKM mikro yaitu memenuhi salah satu dari empat parameter yakni, tingkat kasus aktif di atas rata-rata nasional, tingkat kesembuhan di bawah rata-rata nasional, tingkat kematian di atas rata-rata nasional dan tingkat keterisian rumah sakit (BOR) untuk ICU dan ruang isolasi di atas 70 persen.
“Hasil evaluasi dari 10 provinsi yang menerapkan PPKM bahwa penambahan kasus aktif mengalami tren penurunan. Tingkat kesembuhan dan kematian mengalami perbaikan,” ungkap Menteri saat memimpin rapat evaluasi perkembangan pelaksanaan PPKM Mikro secara virtual di Jakarta, Kamis (18/03/2021).
Dalam rapat evaluasi tersebut, turut dihadiri oleh delapan kementerian dan lembaga terkait diantaranya, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri BUMN, Panglima TNI, Kapolri serta 15 gubernur se-Indonesia.
Dalam paparannya, Menko Perekonomian juga menjelaskan terkait kebijakan pembatasan PPKM masih tetap sama dengan kebijakan bagi 10 provinsi sebelumnya, kecuali kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan tatap muka. Untuk perguruan tinggi atau akademi dibuka secara bertahap dengan proyek percontohan berbasis perda/perkada dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes) yang masif. Sementara kegiatan seni budaya diizinkan dibuka maksimal 25 persen pengunjung dengan prokes. Sementara pembatasan penerapan PPKM lainnya masih sama.
“Untuk kegiatan belajar mengajar dan seni budaya, tentu kita berharap bahwa Pemerintah Daerah akan menindaklanjuti dengan Perda dan Perkada,” harap Menko Perekonomian.
Pembatasan kegiatan dalam rangka PPKM Mikro tetap sama dengan sebelumnya. Misalnya, 50 persen karyawan perkantoran bekerja dari rumah alias WFH. Restoran maksimal menampung 50 persen pengunjung yang makan di tempat. Pusat perbelanjaan tutup maksimal 21.00 Wita, kegiatan kontruksi beroperasi 100 persen dengan prokes. Tempat ibadah hanya boleh diisi 50 persen, begitu pula dengan fasilitas umum, dan sejumlah sektor esensial diperbolehkan beroperasi 100 persen selama PPKM Mikro.
Menanggapi hal itu, Asisten III Setda NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, yang mewakili Pemerintah Provinsi NTB, mengungkapkan, dari 10 kabupaten kota di NTB terdapat tiga kabupaten yang mengalami penurunan kasus Covid-19 dengan posisi zona kuning dengan risiko rendah. Sedangkan tujuh kabupaten kota lainnya masih berstatus zona orange dengan risiko sedang.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi NTB secara lokal juga telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di desa/kelurahan yang berisiko tinggi atau zona merah Covid-19 sejak Februari lalu. Hal tersebut sesuai Instruksi Gubernur No. 180/01/kum/2021.
“Artinya selama per 14 Maret setelah pemberlakuan PPKM yang tadinya terdapat desa yang merah sebesar 3 persen. Jadi saat ini tidak ada lagi desa dengan status merah,” ungkap Nurhandini Eka Dewi.
Mantan Kepala Dikes NTB itu menjelaskan, untuk desa yang berstatus zone orange, dari 5,2 persen sekarang tinggal 0,2 persen. Kemudian desa yang berstatus hijau sebesar 85,4 persen dan desa zona kuning 11 persen. Menurut dia, tren perkembangan kasus positif Covid-19 di NTB cukup tinggi dikarenakan jumlah testing masih sangat terbatas.
“Kalau rata-rata perharinya masih bisa di angka 20 hingga 60 persen per harinya. Karena jumlah testingnya terbatas, inilah yang sedang kita kejar supaya jumlah testingnya bisa masuk,” pungkasnya. (*)
694